Ilustrasi
1. Prakata
Sejak dahulu kala telah dikenal terdapat banyak cara yang selalu dipakai oleh para fobia demokrasi, kelompok anti HAM dan antikritik dalam memproduksi dan melestarikan pembungkaman ruang demokrasi bagi rakyat di tanah Papua. Mereka menggunakan pola ‘psikological attack’ guna melancarkan misi penjarahan terhadap pola pikir, sikap dan perilaku kritis mahasiswa Papua.
Dengan menggunakan banyak dalil dan dalih kelompok anti HAM, anti Demokrasi dan anti Kritik ini telah menjelma dan menularkan virusnya ke beberapa lapisan sosial masyarakat. Berbagai kalangan mulai dari pelajar, sebagian mahasiswa, dosen, karyawan, staf TU, Cleaning Servis di kampus hingga para orang tua mahasiswa di rumah-rumah telah terjangkit sindroma fobia demo alias anti demo.
Ketiga kelompok tadi telah sukses melakukan semacam ‘brainstorming’ dengan menciptakan stigmatisasi negatif terhadap habitus demonstrasi mahasiswa di pelataran kampus. Mereka mendoktrin dengan stigma agar demonstrasi itu dilihat sebagai sesuatu yang anarkis, kuno, tidak intelek, melanggar HAM orang lain dan sebagai suatu tindakan emosional fisik yang tidak cerdas, gagal paham dan seterusnya.
2. Ada Apa Sebenarnya dibalik Fobia Demokrasi dan Perilaku Anti HAM tadi?
Mencari alasan-alasan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku anti demonstrasi di tanah Papua khususnya di Uncen itu tentu bukan lagi rahasia. Landasan utama lahirnya pandangan pro-kontra terhadap mekanisme demonstrasi mahasiswa Papua itu sebenarnya meliputi beberapa fakta berikut.
a. Faktor Ideologi Papua dan NKRI
Uncen sebagai lembaga pendidikan dan sekaligus lembaga pemerintahan pertama masuknya Pemerintah Indonesia di Papua memiliki peran ganda. Peran pendidikan dan peran ideologisasi Indonesia di tanah Papua yang menurut Pendeta Dr. Benny Giay bilang, peran mengindonesiakan orang Papua. Dari dua peran ini selalu berjalan selaras dan tumpang tindih. Akibatnya peran utama pendidikan yang merupakan roh Tri Dharma PT seringkali ditindis demi proses ideologisasi tadi. Demikian dua hal ini telah menyebabkan segregasi antar civitas akademika Uncen khususnya mahasiswa yang berhaluan pro demokratis-HAM dan lainnya. Dengan itu pula selalu melahirkan pandangan fobia demonstrasi dikalangan mayoritas mahasiswa Papua karena takut ini dan itu demi keamanan diri dan privasi mereka.
Akhirnya terjaring jelas kurang lebih dua warna mahasiswa di Uncen yakni: a) Mahasiswa sosialis tipe Pro Demokrasi-HAM dalam konteks luas berideologi Papua yang independen dan, b) Mahasiswa Individualis Pro NKRI dengan fobia demokrasi dan anti HAM yang dibackingi kalangan militer,milisi dan pejabat daerah.
b. Faktor Cari Aman
Kelompok ini adalah mereka yang fobia Demo akibat tidak mau jadi korban dan terlibat dalam stigma citra negatif dari proses demo dsb. Mereka yang suka bersikap cari aman ini juga banyak berasal dari kelompok pendatang dan orang Papua agamais yang saleh. Mereka cenderung menghindarkan diri dari dua kelompok tadi dengan cari jalan tengah yakni cari aman dengan berlaku netral. Padahal kelompok semacam ini lebih dapat berisiko mendatangkan konflik akibat ketidakjelasan sikap dan posisinya.
3) Penutup
Ada orang biasanya bilang begini: “bicara Uncen itu, bicara Papua, bicara Papua itu barometernya Uncen”. Jadi tidak salah jika Uncen sering disebut sebagai ” Kampus Perjuangan” karenanya Uncen adalah alfa dan omeganya nasib rakyat Papua. Jika ada manusia fobia demo bilang ini dan itu yang berbau stigma, anggaplah mereka sebagai setan-setan pembunuh orang Papua yang mau agar aktifis mahasiswa itu sama dengan anak-anak SD yang kerjaannya hanya datang, dengar, terima bersih lalu pulang tanpa sedikitpun merasionalisasikan otak dan hatinya dengan fakta-fakta penindasan dan kegagalan multisistemik pemerintah Indonesia terhadap rakyat di tanah Papua.
Waspadalah terhadap pengaruh setan-setan berdasi dan intelek bajingan binaan yang selalu merasuki kampus Uncen dengan berbagai gaya dan pola untuk mematikan semangat juang dan daya kritis mahasiswa Papua.
Reformasi dan revolusi sipil HANYA ada di tangan mahasiswa bukan di tangan Polisi, Tentara; Bukan di tangan Dosen; Bukan di tangan Orang tua apalagi di tangan Penguasa. Mustahil. Maka pergunakanlah posisi mahasiswamu hari ini untuk pembebasan karena ia hadir hanya sekali dalam seumur hidup !
Menyikapi banyak isu dan opini anti aksi palang Kampus yang berseliweran di Medsos, aktifis mahasiswa tidak perlu hiraukan itu. Setan punya 1001 cara untuk terus menggoda Hawa. Majulah ibarat, “Walau Anjing Menggonggong Kapila tetap berlalu !” Salam Juang.
Abepura, 13 Maret 2018
SELENGKAPNYA DI PERMATA PAPUA
-
Mengorbankan HAM Kecil Untuk HAM Besar Adalah Tugas Mahasiswa
____________________________________ 1. Prakata Menyikapi banyaknya komentar miring beberapa mahasiswa dan bahkan dosen di Papua atas aksi demonstrasi BEM Uncen… -
Atas Nama Demokrasi di Papua, Rektor Uncen Harus Segera Cabut MoU
___________________________________ 1. Prakata Kebijakan tidak “comon sense” yang diambil Rektor Uncen yang baru Dr. Apolo Safanpo, kini menjadi polemik…
SELENGKAPNYA DI WORDPRESS.COM
-
Peringati Hari HAM Sedunia di Merauke, Massa Akan Kepung DPRD Merauke
MERAUKE, Tribun-Arafura.com — Peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia yang jatuh pada 10 Desember 2017 di Merauke dilaksanakan dalam bentuk Demonstrasi… -
Ridwansyah Yusuf Achmad
Mencari Puncak Baru Aktivisme Mahasiswa Pemuda
Bulan Mei, oleh sebagian orang selalu dijadikan bulan romantisme perjuangan 1998. Berbagai cerita dan selebrasi kenangan terus di ulang agar publik teringat…
KIRIM